Bulan Juli bagi masyarakat Tionghoa dirayakan sebagai Bulan Hantu, sebuah periode di mana gerbang neraka diyakini terbuka dan hantu-hantu kembali ke dunia manusia. Selama periode ini, terdapat mitos yang beredar di kalangan orang Tionghoa, yaitu larangan keluar rumah di pertengahan Bulan Tujuh, khususnya pada hari ke-15. Mitos ini menimbulkan pertanyaan, apakah larangan tersebut merupakan mitos atau fakta?
Sebelum mengulas mitos tersebut, mari kita pahami terlebih dahulu mengenai Bulan Hantu.
Makna Bulan Hantu bagi Masyarakat Tionghoa
Bulan Hantu, yang juga dikenal sebagai Bulan Ke-7 dalam kalender Tionghoa, dirayakan secara tradisional sebagai periode bagi hantu-hantu yang telah meninggal untuk kembali ke dunia fana. Dalam kepercayaan Tionghoa, jiwa yang telah meninggal membutuhkan penenangan dan hiburan.
Periode Bulan Hantu adalah waktu ketika hubungan dunia manusia dengan dunia roh dipercaya paling dekat. Keluarga-keluarga Tionghoa biasanya melakukan penghormatan dan memberikan persembahan bagi roh leluhur mereka untuk menenangkan jiwa mereka. Mereka juga membakar kertas uang dan dupa sebagai persembahan bagi arwah yang gentayangan.
Tradisi-tradisi yang dilakukan selama Bulan Hantu memiliki beberapa tujuan, antara lain:
- Menghormati dan mengenang para leluhur: Memuliakan para leluhur merupakan budaya penting di Tiongkok. Melalui tradisi ini, para keturunan menunjukkan penghormatan dan rasa syukur mereka kepada para leluhur yang telah mendahului.
- Menenangkan jiwa yang gentayangan: Tradisi yang dilakukan diharapkan dapat menenangkan jiwa para arwah gentayangan dan menghindari gangguan bagi penduduk dunia manusia.
- Meminta perlindungan bagi diri sendiri dan keluarga: Para anggota keluarga percaya bahwa persembahan dan penghormatan yang dilakukan dapat membantu melindungi mereka dari gangguan roh-roh halus.
Menelusuri Asal Usul Mitos Keluar Rumah di Pertengahan Bulan Tujuh
Miton tidak boleh keluar rumah di pertengahan Bulan Tujuh terutama hari ke-15 bermula dari legenda seorang jenderal yang meninggal pada hari itu dan rohnya kini menjadi arwah gentayangan yang bergentayangan mencari pengorbanan. Legenda ini kemudian diperkuat dengan berbagai cerita rakyat dan mitos yang beredar.
Pada hari ke-15, disebutkan bahwa roh jenderal ini akan sangat marah karena ia ingin kembali ke dunia manusia untuk mencari pengorbanan. Menurut cerita rakyat, jenderal ini memiliki kebiasaan menunggang kuda putih dan kerap menyerang siapapun yang terlihat di luar rumah pada malam hari.
Beberapa keyakinan lain yang mendukung mitos ini:
- Diyakini bahwa arwah gentayangan lebih aktif di malam hari, terutama saat hari ke-15 di mana pintu neraka dikatakan paling terbuka lebar. Mereka bergentayangan dan mencari kesempatan untuk mengganggu manusia.
- Pintu neraka dipercaya terbuka pada malam hari dan ditutup saat fajar menyingsing. Dengan demikian, orang Tionghoa menghindari bepergian pada malam hari selama Bulan Hantu.
Meskipun tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim ini, mitos ini telah diwariskan secara turun-temurun. Sebagian orang masih meyakini kekuatan dan kebenaran mitos ini dan mereka memilih untuk menghormati larangan tersebut demi keamanan diri.
Benarkah Ada Ancaman di Pertengahan Bulan Tujuh?
Tidak dapat disangkal bahwa budaya Tionghoa, termasuk kepercayaan mengenai Bulan Hantu, sangat erat kaitannya dengan aspek religius dan filosofis. Larangan keluar rumah di pertengahan Bulan Tujuh didasari kepercayaan pada dunia supranatural yang belum dapat dijelaskan secara ilmiah.
Terdapat dua sudut pandang dalam menilai mitos ini:
- Sudut Pandang Religius: Bagi masyarakat Tionghoa yang religius, mitos ini menjadi peringatan untuk lebih berhati-hati dan waspada terhadap keberadaan roh-roh gentayangan.
- Sudut Pandang Ilmiah: Sisi ilmiah tidak mendukung keberadaan roh-roh gentayangan atau fenomena-fenomena supranatural. Namun, mitos tersebut memiliki nilai sosio-kultural.
Refleksi Mitos:
Pada akhirnya, keputusan untuk menghindari keluar rumah selama pertengahan Bulan Tujuh sepenuhnya terserah pada keyakinan masing-masing individu. Miton tidak boleh keluar rumah di pertengahan Bulan Tujuh bisa dianggap sebagai tradisi dan keyakinan yang turun-temurun dan bagian dari budaya Tionghoa. Namun, penting untuk mengingat bahwa tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan bahwa ada bahaya atau ancaman di saat pertengahan Bulan Tujuh.
Meskipun mitos tidak boleh keluar rumah di pertengahan Bulan Tujuh bersifat mitos, pengaruhnya terhadap pola perilaku masyarakat Tionghoa cukup signifikan. Hal ini membuktikan bahwa budaya dan kepercayaan dapat memengaruhi cara hidup manusia.